12Perubahan Fisik pada Masa Pubertas Perempuan, Wajib Tahu! Emosinya yang cenderung naik dan turun bisa jadi salah satu tanda, lho! 0. 0. Simpan. Termasuk Takut Ketinggian dan Ruang Sempit! Kesehatan. 7 Rekomendasi TK di Medan Terbaik untuk Pendidikan Anak. Balita dan Anak.
Mendidik anak laki- laki dan perempuan yang sudah masuk ke tahap remaja memang penuh tantangan. Anak-anak akan mengalami perubahan fisik yang menunjukkan masa puber dan ini menjadi berat untuk orang tua. Orang tua bisa menjadi lebih waspada karena takut ada hal buruk terjadi pada anak. Saat anak mengalami masa puber maka tidak hanya fisik yang berubah tapi juga mental dan kondisi psikologis. Berikut ini adalah beberapa perubahan psikis pada masa pubertas anak laki-laki dan perempuan serta cara psikis akibat perubahan fisikTanda masa puber untuk anak perempuan dengan adanya ciri-ciri anak mau menstruasi sedangkan untuk anak laki-laki maka mereka akan mengalami mimpi basah. Saat semua itu terjadi maka tubuh anak berubah. Anak perempuan akan mengalami perubahan payudara, beberapa bulu tubuh dan jerawat. Sementara anak laki-laki juga mengalami perubahan pada ukuran dan bentuk alat kelamin, jerawat, kumis, jenggot, dan perubahan suara. Dan akhirnya pikiran anak juga berubah dan cenderung lebih mengarah pada fisik mengatasinya adalah dengan mendorong anak untuk lebih banyak bertanya mengenai perubahan tersebut. Kemudian bimbing anak mengenai pendidikan seksual dan semua dampaknya. Akhirnya jangan sampai anak mengalami kesalahan saat perubahan mereka semakin mood dan emosiPerubahan hormon dalam tubuh anak juga akan mendorong perubahan mood dan emosi pada anak. remaja akan terlihat lebih keras dan mereka cenderung ingin menyendiri. Ini sangat berubah dan anak Anda mungkin tidak senang berbagi dengan orang tua. Akhirnya anak juga akan mudah tersinggung, mudah marah dan terlalu emosi. Pada saat tertentu mereka juga akan mempertahankan prinsip dan sulit untuk mengatasinya mencoba untuk mendekati anak dan tahu ketika anak sedang menghadapi masalah. Anda juga perlu mengingatkan anak dengan cara yang baik sehingga anak tidak mudah marah. Caranya memang sudah lain dengan saat anak kecil sehingga Anda juga harus tahu semua penyebab anak cepat identitas diriAnak ketika sudah remaja mereka mencoba mencari jati diri. Mereka tidak suka diatur oleh orang tua sehingga terkadang juga ingin melawan orang tua. Anda tidak perlu khawatir karena anak sedang mengalami krisis identitas diri. Anak Anda akan menjadi lebih mudah emosi dan mereka tidak mau diarahkan. Anak laki-laki biasanya mencoba untuk berpetualang sehingga sering merasa ingin pergi mengatasi cobalah untuk bergabung dengan anak Anda. Anda harus tahu dengan lingkungan anak. Sesekali anak anak secara pribadi dan lakukan apa yang disukai oleh anak Anda. Saat itu maka Anda bisa tahu apa yang ingin dicari anak dan cobalah memberikan bimbingan. Jadi jangan sampai anak Anda seperti kehilangan orang tua dan anakSaat anak sudah masuk ke masa puber maka mereka biasanya lebih senang bergabung dengan teman mereka. Ini juga terjadi pada anak perempuan dan laki-laki sehingga memang sama. Orang tua juga akan cemburu karena biasanya anak lebih sering keluar rumah dan mulai meninggalkan acara keluarga. Anda tidak perlu khawatir karena anak Anda memang lebih senang bersama dengan teman. Mereka lebih senang bergabung dengan orang yang tahu tentang kesukaan dan masalah mengatasi Anda perlu bergabung dengan anak. Cobalah untuk mengundang teman anak ke rumah dan bermainlah dengan mereka. Anda juga bisa mengundang teman anak untuk membuat mereka menjadi lebih bebas di rumah. Karena Anda sudah melakukan cara melatih anak berbicara sejak kecil tentunya anak Anda juga akan berbicara dengan cara yang menjadi sensitifPerubahan psikis biasanya akan lebih rumit untuk anak yang menderita autis sesuai dengan jenis – jenis autis. Namun untuk anak yang biasa saja juga akan lebih rumit dan sulit. Mereka menjadi lebih emosi dan sangat mudah tersinggung. Anak perempuan menjadi sulit ketika akan menyambut masa menstruasi. Dan anak laki-laki biasanya hanya berubah ketika sedang menghadapi masalah atau hal sulit di sekolah dan hubungannya dengan mengatasinya Cobalah membuat anak menjadi lebih tenang. Saat mereka emosi atau menghadapi masalah maka ajak anak untuk berbicara. Berikan nasehat dengan cara yang sangat lembut sehingga anak menjadi lebih senang. Jangan memberi nasehat dengan cara yang tidak nyaman karena sulit untuk diterima oleh anak. Anak merasa aneh dan bingungKetika anak sudah mengalami masa pubertas maka anak juga bisa merasa tidak nyaman. Mereka merasa aneh dengan bentuk tubuh dan merasa bingung. Terlebih jika mereka mengalami masalah seperti bentuk tubuh yang terlalu besar atau gemuk. Rasa tidak percaya diri karena bentuk tubuh juga mengancam anak dan mereka merasa tidak sempurna. Namun Anda perlu mendekati anak untuk menerima semua perubahan mengatasi katakan pada anak bahwa tidak ada yang salah dengan bentuk tubuh. Tidak perlu merasa ragu dengan bentuk tubuh. Jika anak terlalu gemuk atau masalah obesitas pada anak maka cobalah mengatur pola makan anak. Ajak anak untuk berolahraga secara teratur sehingga mereka merasa lebih seksualSaat anak mengalami perubahan seksual maka dorongan hormon juga akan mendorong perasaan seksual ini. Perasaan seksual menjadi hal yang sangat rumit karena anak menjadi sangat penasaran. Namun Anda tidak perlu takut karena anak Anda hanya penasaran dan mereka ingin mencoba hal-hal baru. Biasanya anak perempuan mulai menyukai riasan untuk menarik lawan dan meningkatkan rasa percaya diri. Dan anak laki-laki cenderung ingin menunjukkan apa yang mereka miliki di depan anak mengatasi ketika anak merasa penasaran maka cobalah untuk menjawab semua pertanyaan anak. Bimbing anak dengan pendidikan seksual yang sesuai untuk anak. Anda juga harus mencoba untuk memberitahu dampak-dampak dari masalah seksual ingin menjadi diri sendiriSaat anak laki-laki dan perempuan sudah masuk ke tahap remaja maka mereka juga ingin menjadi diri sendiri. Anak bisa mencoba untuk hal-hal sulit dan mereka ingin menghadapi sendiri. Tentu saja ini sangat tidak nyaman untuk orang tua. Terkadang orang tua memberikan nasehat atau arahan dan anak tetap tidak mau tahu. Anak menjadi sulit untuk diberitahu atau beberapa anak sering melawan orang tua. Jika ini terjadi maka cobalah melakukan cara mendidik anak bandel tanda mengatasi Bicaralah dengan anak dengan cara yang santai dan tepat. Jangan bicara langsung pada anak saat mereka baru mengalami masalah. Lebih baik menunggu waktu yang tepat sehingga anak bisa lebih tenang saat bicara. Jadi cobalah untuk melakukan ini dengan cara yang inilah semua perubahan psikis pada masa pubertas anak laki-laki dan perempuan serta cara mengatasinya. Memang cukup sulit bukan, tapi semua orang tua harus siap dengan perubahan ini. Dan yang terpenting adalah mengatasi perubahan ini dengan langkah yang paling bijak sehingga anak remaja Anda bisa tumbuh menjadi lebih dewasa.
14Perubahan Mental Pada Remaja Laki - Laki di Masa Pubertas. Pubertas tidak saja menyebabkan perubahan besar dan perkembangan pada tubuh laki - laki. Pubertas juga akan mempengaruhi dan mengubah otak anak juga. Bagi anak laki - laki, pubertas biasanya dimulai sekitar usia 12 tahun namun bisa dimulai sejak awal pada usia 9 tahun.
Jakarta - Masa perubahan psikis, fisik, dan pematangan reproduksi dialami tiap anak. Periode yang merupakan suatu hal biasa ini terjadi pada anak yang beranjak kesehatan menyebutnya sebagai masa pubertas atau akil baliq. Biasanya pubertas dialami anak perempuan di usia 14 tahun dan laki-laki di umur 12-16 ciri-ciri anak di masa perubahan psikis, fisik, dan pematangan reproduksi? Ciri-Ciri Perubahan Fisik dan Pematangan Reproduksi Saat PubertasDikutip dari laman healthline, tahap-tahap tanner atau peringkat pendewasaan seksual sebagai bagian dari pubertas adalahPubertas Tahap 1Tahap ini Ini biasanya dimulai setelah ulang tahun ke-8 perempuan dan setelah ulang tahun laki-laki ke-9 atau ke-10. Perubahan fisik tidak terlihat untuk pria atau wanita pada tahap Otak mulai mengirimkan sinyal ke tubuh untuk mempersiapkan Hipotalamus mulai melepaskan hormon pelepas gonadotropin GnRH ke kelenjar pituitari, yang membuat hormon yang mengontrol kelenjar lain di dalam Kelenjar hipofisis mulai membuat dua hormon lain hormon luteinizing LH dan hormon perangsang folikel FSH.Pubertas Tahap 2Tahap ini ditandai sebagai awal perkembangan fisik. Hormon mulai mengirimkan sinyal ke seluruh Pada Perempuan1. Tanda pertama payudara mulai membesar dan terasa Area yang lebih gelap di sekitar areola dan juga akan Rahim mulai membesar, dan sedikit rambut kemaluan mulai Pada Laki-Laki1. Buah skrotum mulai Tahap awal bentuk rambut kemaluan di pangkal Tahap 3Perubahan fisik menjadi lebih jelas bagi laki-laki dan perempuan di tahap 3. Seiring pertumbuhan, hormon remaja melanjutkan perkembangan dari tahap Pada PerempuanPerubahan fisik pada perempuan biasanya dimulai setelah usia 12 Payudara terus tumbuh dan Rambut kemaluan menjadi lebih Bulu halus mulai tumbuh pada Tanda-tanda pertama jerawat mungkin muncul di wajah dan Tingkat pertumbuhan tertinggi untuk tinggi dimulai sekitar 8 cm per tahun.6. Pinggul dan paha mulai menumpuk Pada Laki-LakiPerubahan fisik pada laki-laki biasanya dimulai sekitar usia 13 Kemaluan tumbuh lebih Beberapa jaringan payudara mungkin mulai terbentuk di bawah puting ini terjadi pada beberapa remaja pria selama perkembangan dan biasanya hilang dalam beberapa tahun.3. Mulai mengalami mimpi basah ejakulasi di malam hari.4. Saat suara mulai berubah, mungkin akan "bergerak", dari nada tinggi ke nada Otot menjadi lebih Pertumbuhan tinggi meningkat menjadi 5 hingga 8 inci per tahap 4Pubertas berjalan lancar selama tahap 4. Baik pria maupun wanita memperhatikan banyak Pada PerempuanPada wanita, tahap 4 biasanya dimulai sekitar usia 13 Payudara mengambil bentuk yang lebih Menstruasi pertama3. Pertumbuhan tinggi akan melambat menjadi sekitar 5 sampai 7 inci per Rambut kemaluan menjadi lebih Pada Laki-LakiPada laki-laki, tahap 4 biasanya dimulai sekitar usia 14 Kemaluan dan skrotum terus membesar, dan skrotum akan semakin gelap Bulu ketiak mulai Suara yang lebih dalam menjadi Jerawat mungkin mulai Tahap 5Tahap ini memulai puncak perkembangan anak. Pada tahap terakhir ini, anak remaja pada akhirnya akan mencapai kematangan fisik Pada PerempuanPada perempuan, tahap 5 biasanya terjadi sekitar usia 15 Payudara mencapai perkiraan ukuran dan bentuk orang dewasa, meskipun payudara dapat terus berubah hingga usia 18 Menstruasi menjadi teratur setelah 6 bulan sampai 2 Mencapai tinggi dewasa 1 hingga 2 tahun setelah periode pertama Bulu kemaluan terisi Bentuk pinggul Pada Laki-LakiPada laki-laki, tahap 5 biasanya dimulai sekitar usia 15 Kemaluan dan skrotum akan mencapai ukuran Rambut kemaluan telah terisi Rambut wajah akan mulai tumbuh4. Pertumbuhan tinggi badan akan melambat, tetapi otot mungkin masih Tumbuh Jakun6. Pada usia 18 tahun, sebagian besar pria telah mencapai pertumbuhan Perubahan Sikap Pada Fase PubertasMasa Pubertas juga disertai dengan adanya perubahan sikap atau perilaku pada anak sebagai berikut1. Ingin Tidak mau bekerja Sering membantah atau Mudah marah atau Hilangnya kepercayaan Senang menggoda teman yang berbeda jenis Menyikapi Masa PubertasDilansir dari buku BPSC Modul Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI kelas VI oleh Anita Nungki Ernawati, berikut cara menyingkapi masa pubertas1. Selalu menjaga kebersihan tubuh dan organ produksi dengan tujuan agar tidak terjadi gangguan yang dapat menyebabkan Selalu menjaga Kesehatan tubuh dengar rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan Menjaga diri dari pergaulan bebas dengan lawan jenis untuk mencegah kehamilan dini atau diluar nikah dan mencegah penyakit menular Tidak membaca atau menonton yang tidak sesuai dengan Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Menjaga Kesehatan Reproduksi Pada Laki-Laki dan Perempuan1. Mengganti pakaian dalam dan celana dalam setiap dua kali sehari2. Gunakan celana dalam yang berbahan menyerap keringat dan air, karena jika terjadi kelembaban pada area kemaluan akan menyebabkan jamur dan Menggunakan handuk bersih, kering dan tidak lembab4. Pada laki-laki melakukan sunat atau khitan yang dapat membuat kulit kemaluan lebih bersih dan mengurangi resiko Pada perempuan, saat haid sebaiknya menggunakan pembalut dengan daya serap tinggi dan mengganti pembalut setiap 4 sampai 5 kali sehari, setelah mandi atau buang air kecil dan Membasuh daerah kemaluan dengan Berolahraga dengan teratur dan makan makanan yang Itulah ciri-ciri anak yang sedang melewati masa pubertas dan cara atau tips menyikapi masa pubertas. Semoga dapat membantu bermanfaat Detikers! Simak Video "Gelombang Salju hingga Panas Ekstrem Melanda Amerika Latin" [GambasVideo 20detik] row/row
7perubahan yang terjadi saat masa pubertas perempuan dan laki-laki secara fisik dan psikis. Perempuan alami pubertas lebih awal daripada laki-laki. Selasa, 25 Januari 2022 18:01 WIB
ArticlePDF Available Abstract and FiguresAdolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Artikel Asli21Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Adolesen remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama. Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, sedangkan anak perempuan dengan ovulasi. Di samping itu, juga terjadi perubahan psikososial anak baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan-perubahan tersebut juga dapat menyebabkan hubungan antara orangtua dengan remaja menjadi sulit apabila orangtua tidak memahami proses yang terjadi. Perubahan perkembangan remaja ini yang dapat diatasi jika kita mempelajari proses perkembangan seorang anak menjadi teknik komunikasi klinik khusus untuk melakukan anamnesis terhadap remaja, sedangkan pada pemeriksaan fisik diperlukan ruangan khusus terutama untuk melakukan penilaian pubertas. Untuk melakukan pengobatan yang efektif tentunya Adolescent Development Perkembangan RemajaJose RL BatubaraDepartemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, JakartaAdolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa. Pada remaja terjadi perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam 3 tahap yaitu early, middle, dan late adolescent. Masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri. Segala sesuatu yang mengganggu proses maturasi fisik dan hormonal pada masa remaja ini dapat mempengaruhi perkembangan psikis dan emosi sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang proses perubahan yang terjadi pada remaja dari segala aspek. Sari Pediatri 2010;12121-9.Kata kunci adolescent development, remaja, pubertasAlamat korespondensiDr. Jose Batubara, PhD. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jl. Salemba 6 Jakarta. Telp/fax 021-3915712. 22Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010dokter memerlukan pengetahuan tentang proses perkembangan remaja, seperti integritas, kerahasiaan serta pola hubungan anak dengan keluarganya agar kepatuhan dalam pengobatan dapat hormonal pada pubertasPubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone GnRH dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing hormonedisekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada saat akhir Hal ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus–hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap Gambar 1.1,2Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan Secara genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen GPR54 dapat menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina menyebabkan terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas Leptin, suatu hormon yang dihasilkan di jaringan lemak white adipose yang mengatur kebiasaan makan dan termogenesis diperkirakan juga berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada keadaan puasa kadar leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin. Penemuan ini menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena kadar leptin tetap stabil selama pre-dan pasca samping itu terdapat berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi awitan pubertas, seperti pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain, dan faktor lingkungan saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang Pada awalnya GnRH akan disekresi Gambar 1. Aksis hipotalamus–hipofisis–gonad pada anak perempuanInhibisiReleasing hormoneOvulasiHipotalamusHipofisisFolikel Ovarium KorpusluteumEstrogenStimulasiProgesteron Estrogen 23Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010dimulai dengan peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang dihasilkan oleh sel periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan growth hormone/GH. Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan fisik pada pubertasPada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat pacu tumbuh, perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan Gambar 2 dan 3. Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan pertambahan secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone LH dan follicle stimulating hormone FSH. Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron DHEA mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal sekretori.10,11 Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine hCG, korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah anak laki-laki, perubahan hormonal ini 24Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan peak height velocity pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks. Perubahan komposisi lemak tubuh metode Tenner tertera pada Tabel seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi Tabel 1. Perubahan komposisi lemak tubuh selama pubertas 10Stadium Tanner Persentase lemak tubuhPerempuanTanner ITanner IITanner IIITanner IV Tanner V15,718,921,626,726,7Laki-lakiTanner ITanner IITanner IIITanner IVTanner V14,311,211,211,211,2Gambar 2. Perubahan fisik pada anak laki-laki selama pubertasGambar 3. Perubahan fisik pada anak perempuan selama pubertas 25Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun Tabel 2. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun Tabel 3. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak sebelum Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 pubertasProses pubertas terjadi secara berurutan dengan sekuens yang hampir sama. Secara umum tahapan pubertas tertera pada Tabel 2 dan Gambar 4 menurut 2. Tahap perkembangan pubertas anak pada laki-laki menurut TannerGambar 4. Tahapan pubertas pada anak laki-laki menurut Tanner 26Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Perubahan psikososial selama pubertasPerubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat menimbulkan konflik bila proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal early adolescent, pertengahan middle adolescent, dan akhir late adolescent.14,17-19 Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder. 14,17-19 Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan Tabel 3. Tahap perkembangan pubertas anak pada perempuan menurut TannerGambar 5. Tahapan pubertas pada anak perempuan menurut Tanner 27Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010psikologis seperti,xKrisis identitas, xJiwa yang labil,xMeningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,xPentingnya teman dekat/sahabat,xBerkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar,xMenunjukkan kesalahan orangtua,xMencari orang lain yang disayangi selain orangtua,xKecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, danxTerdapatnya pengaruh teman sebaya peer groupterhadap hobi dan cara fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama. 14,17-19Periode selanjutnya adalah middle adolescentterjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut,xMengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,xSangat memperhatikan penampilan, xBerusaha untuk mendapat teman baru,xTidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,xSering sedih/moody,xMulai menulis buku harian,xSangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, danxMulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua. Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role modeldan mulai konsisten terhadap cita-cita. 4,17-19Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain,xIdentitas diri menjadi lebih kuat,xMampu memikirkan ide,xMampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata,xLebih menghargai orang lain,xLebih konsisten terhadap minatnya,xBangga dengan hasil yang dicapai,xSelera humor lebih berkembang, danxEmosi lebih fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan. 4,17-19Tempo pubertasTanda awal pubertas adalah meningkatnya volume testis pada anak laki-laki dan timbulnya penonjolan pertama areola dan papila payudara pada perempuan. Pada anak perempuan keadaan tersebut akan segera diikuti terjadinya pacu tumbuh, sedangkan pada anak laki-laki pacu tumbuh terjadi pada bagian kedua dari proses Menarke terjadi sekitar 2-3 tahun setelah awal pubertas. Pertumbuhan rambut aksila dan rambut pubis tidak merupakan petanda pubertas yang baik karena keadaan ini lebih banyak dipengaruhi oleh steroid yang dihasilkan oleh status sosial ekonomi tampaknya mempengaruhi proses pubertas. Di Belanda pada abad ke 16 -18 menarke dilaporkan terjadi pada usia 14-15 tahun dan jarang sekali terjadi di bawah usia 13 Pada tahun 1928, menarke timbul lebih awal yaitu pada usia 13,7 tahun, sedangkan pada tahun 1965 menarke terjadi pada usia 13,4 tahun. Survei pada tahun 1980, usia menarke menjadi 13,3 tahun dan pada tahun 1997 terjadi pada usia 13,1 Studi Keizer22 juga menunjukkan bahwa awitan pubertas timbul lebih lama, pada tahun 1980 pertumbuhan payudara terjadi pada usia 10,5 tahun, sedangkan pada tahun 1997 awitan pubertas timbul pada usia 10,7 tahun. Di Amerika Serikat, terjadi sebaliknya, usia awitan pubertas menjadi lebih dini pada anak laki-laki dan perempuan terutama ras kulit payudara terjadi pada usia 7 tahun pada 5% anak kulit putih dan 15% pada anak kulit hitam. 28Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Perubahan tersebut diperkirakan karena meningkatnya indeks massa tubuh, seperti pada anak overweightyang mengalami menarke lebih cepat karena estrogen yang disimpan pada jaringan lemak menyebabkan peningkatan bioaktifitasnya. Walaupun demikian di Amerika Serikat menarke rata-rata terjadi pada usia 12,7 tahun dan ini tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut memperlihatkan melambatnya proses pubertas yang penelitian di Indonesia pada tahun 2005 di tujuh propinsi didapatkan usia menarke bervariasi dari 12,5 sampai 13,6 tahun dengan pertumbuhan indeks massa tubuh bervariasi dari 18,6 sampai 19, menjadi dewasa akan dilalui setiap anak dalam pertumbuhannya, meliputi berbagai aspek di antaranya aspek hormonal, aspek fisik, dan aspek psikososial. Pada anak laki-laki awitan pubertas terjadi pada usia sembilan tahun, sedangkan pada anak perempuan terjadi pada usia delapan tahun, masing-masing ditandai oleh pembesaran testis dan pertumbuhan tunas payudara. Berbagai teori dikemukakan tentang awitan pubertas akan tetapi belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor yang menginisiasi pubertas. Proses pubertas dilalui secara sekuensial dengan urutan yang hampir sama. Secara psikososial, pertumbuhan pada masa remaja adolescent dibagi dalam tiga tahap yaitu early, middle, dan late adolescent dengan karakteristiknya SL, Grumbach MM. Pituitary and placental gonadotropins and sex steroid in the human and sub human primate fetus. Clin Endocrinol Metab 1978;7 CDG. Mechanism of Puberty. Horm Res 1999;51 de Waal HA, van Coeverden SC, Engelbert MT. Factors affecting onset of puberty. Horm Res 2002;57 SB, Messager S, Chatzidaki EE, Trescher RR, Acierno JS, Shagoury JK,dkk. The GPR54 gene as a regulator of puberty. N Engl J Med 2003;349 RE, Revelle R. Height and weight at menarche and a hypothesis of menarche. Arch Dis Child 1971;46 CC, Thornton JE, Nurani SD, Clifton DK, Steiner RA. A reassessment of leptin’s role in triggering the onset of puberty in the rat and mouse. Neuroendocrinology 2001;74 MJ, Houdijk ME, Pop Snijder C, Lips P, Dellemarre-van de Waal HA. The effect of intrauterine growth retardation and postnatal undernutrition on onset of puberty in male and female rats. Pediat Res 2000;48 SR, Lomniczi A, Mastronardi C, Heger S, Roth C, Parent AS. The neuroregulation of puberty is the time ripe for a system biology approach? Endocrinology 2006;147 de Waal HA. Central regulation of human puberty [Disertasi]. De Broer Nieuwkoop Vrije Universiteit Te Amsterdam,1984. JR, Forerst MG. Normal pubertal development. Dalam Bertrand J, Rappaport R, Sizonenko PC, penyunting. Pediatric Endocrinology. Edisi ke 2. Baltimore William; PK, Sondheimer SJ. Menstrual disorder. Ped Rev 1997;18 DM. The regulation of pubertal growth. Horm Res 2003;60 JM. Foetus into Man. Edisi ke-2. Inggris Castlemead Publication, L. The fundamental changes of adolescent biological transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari JRL. Age et menarche and differences in several region of Indonesia [Tesis]. Unpublished D, Viner R. ABC of adolescent adolescent development. BMJ 2005;30 Academy of Child Psychiatry. Adolescent development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari LM. Adolescent development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari A. Adolescent growth and development transition [Diakses 10 Oktober 2009]. Diunduh dari pubs/family/ de Waal. Secular trend of timing of puberty. Dalam Delemarre-van de Waal, penyunting. Abnormalities in Puberty. New York Karger, JM. A History of study of human growth. 29Jose RL BatubaraAdolescent development perkembangan remajaSari Pediatri, Vol. 12, No. 1, Juni 2010Cambridge University Press, Keizer de SM, Mul D. Trends in pubertal development in Europe. Hum Reprod Update 2001;7 PB, Slora EJ, Wasserman EC, Pedlow SE, Herman-Giddens ME. Earlier onset of puberty in girl relation to increased body mass index and race. Pediatrics 2001;108347-53. ... Adolescence atau remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi individu yang dewasa. Pada periode ini terjadi berbagai perubahan baik dalam aspek hormonal, fisik, psikologis, ataupun sosial [5]. Perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan biasanya jarang disadari oleh individu. ...... Perubahan fisik yang terjadi secara cepat dan berkelanjutan dapat menyebabkan remaja sensitif terhadap kondisi tubuhnya. Selain itu, perubahan yang dialami dapat menimbulkan anxiety dalam diri remaja [5]. ...Riris RistianaSalma Salsabila PrayiitnoEricha Gadis WidowatiDewi Retno SuminarKecemasan merupakan mood negatif yang berhubungan dengan perasaan bahwa segala sesuatu dapat berjalan buruk. Terdapat faktor resiko atas terjadinya anxiety pada indiviidu tak terkecuali pada remaja Intervensi merupakan hal yang sangat penting untuk mengatasi risiko tersebut, sehingga kami merencanakan promosi kesehatan mental melalui psikoedukasi. Bentuk kegiatan intervensi promotif yaitu psikoedukasi dalam bentuk promosi kesehatan mental melalui media Instagram melalui kesiapan kognitif dengan pemberian pemahaman serta informasi baru. Sasaran dari kegiatan webinar ini adalah remaja yaitu individu yang berusia 12-18 tahun. Sasaran peserta pada psikoedukasi ini adalah individu yang mengalami kecemasan, selain itu peserta psikoedukasi juga terdiri dari individu yang tidak mengalami kecemasan sebagai langkah preventif. Berdasarkan hasil intervensi psikoedukasi terkait anxiety, memperoleh hasil bahwa intervensi ini berhasil untuk meningkatkan pengetahuan audiens terkait anxiety. Hal ini didukung dengan hasil post-test audiens yang hasilnya mengalami peningkatan dibanding dengan pre-test... The older a person is, the more comprehension and mindset will develop which further lead to better knowledge and attitudes 14 . According to Batubara, the age of 15-18 years is the period when adolescents begin to develop behavioral maturity, learn to control impulsivity and can make early decisions related to the vocational goals to be achieved 15 . ...... One of the three components is the cognitive component, namely the depiction of something that is believed by an attitude owner and relates to individual perceptions, knowledge and beliefs. The cognitive component includes stereotyped beliefs regarding something opinions, especially those related to controversial issues or cases 15 . The study finding is also in accordance with a study conducted by Tambunan 2020 which revelaed that there was a correlation between knowledge and attitude of female adolescents towards underage marriage with a p-value of 17 . ...Yunita EriskaFitri FujianaSuhaimi FauzanThe rate of early marriage in West Kalimantan in 2018 occupied the 14th place with a percentage of while in 2020 it increased to 24%. A study conducted at Kubu Raya District in 2014, showed that there were of 88 prospective brides in the work area of Sungai Kakap Community Health Center who experienced unwanted pregnancies. The results of the Program Performance and Accountability Survey SKAP in 2019 showed that 63 out of 1,000 women in the age range of 15-19 years had given birth. This problem is also related to the incidence of unwanted pregnancies in West Kalimantan which reached as reported in the 2019 SKAP survey data. This study aims to identify and analyze the correlation between the level of knowledge and attitude related to early marriage among female students at SMAN 1 of Sungai Kakap. This was a quantitative study using the cross sectional method. The study samples were selected using purposive sampling technique which obtained 81 respondents. The data collection instruments applied here were a questionnaire related to the level of knowledge regarding early marriage and a questionnaires related attitude regarding early marriage. The data collected were analyzed based on the frequency distribution and statistical test of the Spearman correlation test. The study findings based on the Spearman test obtained a significance value or p-value= < and the correlation coefficient value of Someone with a good level of understanding about early marriage would also have good character or an unsupportive attitude regarding underage marriage. Thus, it can be concluded that there was a significant correlation between the level of knowledge and attitude regarding early marriage among female students at SMAN 1 of Sungai Kakap. It is expected that the study finding can be applied as a guide for conducting further research, especially regarding the correlation between the level of knowledge and attitude regarding early marriage among female adolescents, as well as the basis for community service.... Selain itu juga, remaja mempunyai ciri khas yaitu rasa ingin tahu yang besar, suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan petualangan, berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa berpikir panjang Masni & Hamid, 2018. Perubahan sosial yang umumnya adalah perasaan yang tidak stabil, pentingnya teman dekat/sahabat/peer group, berusaha mencari orang lain untuk disayangi selain kedua orang tua, dan masa-masanya mencari jati diri Batubara, 2016. Remaja bisa saja mengalami kebingungan identitas jika remaja memaksakan suatu identitas dan tidak mampu mencapainya Ekawati, Saputra, Periantalo, & Fadzlul, 2016 Arista, 2015. ...Background Risky sexual behavior that is generally carried out by adolescents is an activity that is often carried out when dating, namely holding hands, kissing, and petting and having sex while dating. The increasing percentage of teenagers who have had premarital sex will also increase the negative impacts that can occur, such as teenage pregnancy, sexually transmitted infections, to social impacts in society. AimThe purpose of this study was to identify risky sexual behavior in adolescents in Banyumas Regency. Methods This research is a quantitative research with cross sectional research design. The sample of this research is junior high school, high school and vocational school students who attend school in Banyumas Regency. The sampling technique with probability stratified random sampling has been used and obtained 452 respondents. Results The result show the respondents with risky sexuality were 251 respondents It is known that 231 teenagers with unsafe risky sexual behavior and 20 teenagers with unsafe behavior Most 251 respondents have held hands with their partners hugged their partners' bodies masturbated and hugged their partners Conclusion The high percentage of adolescents who have had premarital sexual intercourse will also increase the adverse effects that can occur, such as teenage pregnancy, sexually transmitted infections, to social impacts in society.... 17 Hal ini pun berlaku untuk sikap yang dialami oleh remaja dalam masa pandemi COVID-19. 18 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan pelajar tentang COVID-19 sebagian besar termasuk dalam kategori baik. Hasil ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMA memiliki pengetahuan yang baik terkait COVID-19. ...Pandemi COVID-19 sampai saat ini masih menimbulkan banyak problematika seperti masalah ekonomi, pendidikan, dan kematian. Kondisi pandemic berdampak bagi sluruh golongan umur manusia tak terkecuali pelajar SMA. Di sisi lain terdapat permasalahan penting untuk dikaji lebih jauh yaitu mengenai kesehatan mental pada pelajar SMA berupa gangguan kecemasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap akibat terjadinya pandemi COVID-19 terhadap gangguan kecemasan yang dialami oleh pelajar SMA/sederajat di Kota Yogyakarta. Desain penelitian menggunakan cross sectional study dengan mengambil 137 pelajar sebagai responden yang berusia 15-19 tahun pada 6 SMA/sederajat di Kota Yogyakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling dengan pengumpulan data menggunakan angket online. Sebagian besar pelajar memiliki pengetahuan 66% dan sikap yang baik 71%, sedangkan gangguan kecemasan termasuk dalam tingkatan yang sedang 68%. Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan P-value = 0,273 dan sikap P-value = 0,092 terhadap gangguan kecemasan, namun secara simultan kedua faktor tersebut memiliki hubungan terhadap gangguan kecemasan P-value = 0,049 walaupun tidak signifikan 7,5%. Pengetahuan dan sikap pelajar terkait COVID-19 bukan penyebab utama dalam timbulnya kecemasan walaupun memiliki pengaruh.... Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terbentuknya beberapa perubahan psikologis diantaranya jiwa yang labil, berartinya teman dekat/sahabat, mencari orang tersayang lainnya bukan hanya orangtua, cenderung berperilaku kekanak-kanakan, serta adanya pengaruh teman sebaya peer group terhadap hobi dan cara mereka berpakaian. Batubara, 2016. ...Afifah Nurfadhilah HasnaAndhita Nurul KhasanahAdolescence is a period of transition from childhood to adulthood. One of the transitions felt by adolescence is when they start entering junior high school, especially those who continue their education to Islamic Boarding Schools. Islamic Boarding Schools is an educational model that has distinctive characteristics with very busy daily activities starting when students wake up until students go back to sleep and have almost the same schedules every day. Student will be able to live the busy daily life by applying mindfulness. The purpose of this study was to obtain empirical data regarding mindfulness in early adolescents of Islamic Boarding School students. The method used in this research was descriptive statistical analysis. The measuring instrument used was the Child and Adolescent Mindfulness Measure CAMM to measure the level of mindfulness in 340 student respondents who came from 6 Islamic Boarding Schools in West Bandung City and selected through a Two Stage Cluster Sampling. The results showed that 189 students had low levels of mindfulness M= SD= and 151 students had high levels of mindfulness M= SD= Abtrak. Masa remaja ialah masa transisi dari kanak-kanak hingga dewasa. Salah satu transisi yang dirasakan oleh remaja adalah ketika mereka mulai memasuki sekolah menengah pertama, terlebih lagi bagi remaja yang melanjutkan sekolahnya ke pondok pesantren. Pesantren adalah model pendidikan yang memiliki karakteristik khas dengan keseharian yang sangat padat sekali dimulai ketika bangun tidur hingga santri tidur kembali dan jadwal yang hampir sama setiap harinya. Santri akan dapat menghayati keseharian yang padat tersebut dengan menerapkan mindfulness. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data empiris mengenai mindfulness pada remaja awal santri pondok pesantren. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Pada penelitian ini memiliki partisipan sebanyak 340 santri yang berasal dari 6 pondok pesantren di Kota Bandung Bagian Barat. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah Two Stage Cluster Sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat mindfulness adalah alat ukur Child and Adolescent Mindfulness Measure CAMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 189 santri memiliki tingkat mindfulness yang rendah M= SD= dan sebanyak 151 santri memiliki tingkat mindfulness yang tinggi M= SD= Orang tua merupakan lingkungan pertama yang dimiliki anak dan anak memiliki bawaan genetik yang dimiliki orang tua. Perilaku yang dimiliki anak secara tidak langsung akan menjadi model bawaan yang nantinya berdampak pada respon yang dimunculkan anak ketika mendapatkan Batubara, 2010;Desmita, 2016;Nashih'Ulwan, 2017 Faktor orang tua memiliki peranan penting dalam membentuk perilaku anak pada masa awal awal perkembangan. ...Ardhian Indra DarmawanTitih HuriahRelated Research spiritual intelligence of parents with emosioal status and sexual behavior of teenagers. The purpose of knowing the relationship of sexual behavior and emotional status of adolescents with the spiritual intelligence of parents in work area Puskesmas Kasihan I. This study used a mix method design with sequential explanatory. Quantitative respondents were 132 adolescents and parents. Analysis of the data used in this quantitative study was control tau. The qualitative participants were 11 teenagers. Research interviews were conducted on 11 student participants who were taken by purposive sampling and qualitative data analysis using invivo software. The instrument used was the Spiritual Self-Report Inventory SISRI, Strengths and Difficulties Questionnaire SDQ, Sexual Behavior. Qualitative instruments use interview guides, telephone and observation sheets. The results showed that 101 adolescents with abnormal emotional status, 15 boderlines, 4 normal respondents. Adolescent sexual behaviors that are positive or active are 44 teenagers and 89 adolescents are negative or inactive behaviors. Found three factors that influence the emotional status and sexual behavior of adolescents, namely the role of moral education from parents, social control and adolescent self-control ability. The role of parents, the environment and adolescent self control affect the emotional status and sexual behavior of Belakang Proporsi penduduk di negara-negara berkembang hampir separuhnya adalah remaja dengan rentang usia 10-18 tahun. Berdasarkan data WHO 1,2 milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia adalah kelompok remaja. Dari 18% jumlah tersebut sebagian besar berada di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan usia remaja 10-19 tahun 43,5 juta jiwa 18% dari total penduduk Indonesia. Masa remaja adalah masa antara kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada tahap ini akan mengalami perubahan signifikan secara fisik dan psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan reproduksi pada remaja perempuan dan layanan kesehatan reproduksi yang sesuai serta dapat diakses selama masa pandemik covid-19. MetodePenelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yang diambil adalah remaja usia 10 – 14 tahun di Kabupaten Lebak. Sampel diambil berdasarkan purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 112 remaja putri. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan Chi-square. Hasil Terdapat hubungan antara berbicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan reproduksi p=0,006. Responden yang pernah membicarakan menstruasi sebagian besar responden mempunyai persepsi yang baik tentang kesehatan reproduksi. Namun, untuk berbicara tentang menstruasi dengan pilihan layanan kesehatan reproduksi tidak terdapat hubungan p=0,757. Hampir semua responden baik yang belum pernah maupun sudah pernah membicarakan tentang menstruasi sebagian besar memilih layanan di keluarga. Hal ini karena kesehatan reproduksi adalah hal yang sensitive untuk dibicarakan sehingga remaja cenderung memilih bicara atau mendapatkan layanan di keluarga dan orang terdekat. Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bicara tentang menstruasi dengan persepsi remaja tentang kesehatan ZiyaAchmad ChusairiRemaja merupakan masa perpindahan atau transisi dari fase anak ke fase dewasa. Di dalam masa transisi ini remaja akan mengalami perubahan dalam hal kognitif, fisik, atau emosional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kelekatan orang tua dan school environment terhadap academic self efficacy. penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan subjek penelitian 220 remaja tengah usia 16-18 tahun. Alat ukur yang digunakan Patterns of Adaptive Learning Scales oleh Anderman, The Inventory of Parent and Peer Attachment oleh Armsden dan Greenberg, dan What’s Happening In This School? questionnaire oleh Aldridge dan Ala’i. Teknik analisis data menggunakan regresi linear berganda dengan aplikasi IBM SPSS Statistic 22 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi kelekatan orang tua terhadap academic self efficacy adalah 0,838. Nilai signifikansi school environment terhadap academic self efficacy adalah 0,000. Sedangkan secara simultan nilai signifikansi kelekatan orang tua dan school environment adalah 0,000 yang menunjukkan terdapat pengaruh kelekatan orang tua dan school environment terhadap academic self public speaking merupakan satu dari sekian banyak kemampuan yang harus dimiliki oleh anggota OSIS SMA Pangudi Luhur Servatius Kampung Sawah Bekasi. Kegiatan pelatihan public speaking ini bersifat pengembangan diri dengan tujuan melatih keterampilan public speaking dan menanamkan nilai kepangudiluhuran dalam diri para peserta. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Sekretari STIKS Tarakanita Jakarta dengan SMA Pangudi Luhur II Servatius Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat. Pelatihan dilaksanakan melalui media Zoom Cloud Meeting secara online. Hasil dan temuan yang diperoleh dari pelatihan ini adalah 1 peserta mempunyai pengetahuan baru yang memadai tentang fungsi tujuan dan manfaat public speaking, 2 peserta memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai kepangudiluhuran dan menginternalisasi nilai tersebut dalam kehidupan mereka, 3 memiliki kemampuan untuk berbicara di depan umum public speaking secara maksimal, 4 peserta memiliki motivasi dan komitmen dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab OSIS. Online public speaking menjadi salah satu nilai pengembangan diri sebagai anggota OSIS dan internalisasi nilai Pangudi Luhur Kata kunci pelatihan; public speaking; pengetahuan; keterampilan; sikap. ABSTRACTPublic speaking skills are one of the many skills that must be possessed by OSIS members of SMA Pangudi Luhur Servatius Kampung Sawah Bekasi. This public speaking training activity is self-development with the aim of training public speaking skills and instilling the value of superiority in the participants. This activity was held in collaboration with the Tarakanita Jakarta College of Communication and Secretaries STIKS with Pangudi Luhur II High School Servatius Kampung Sawah, Bekasi, West Java. The training was carried out through the online Zoom Cloud Meeting media. The results and findings obtained from this training are 1 participants have adequate new knowledge about the purpose and benefits of public speaking, 2 participants have knowledge of superior values and internalize these values in their lives, 3 have the ability to to speak in public public speaking to the fullest, 4 participants have the motivation and commitment in carrying out the duties and responsibilities of the Student Council. Online public speaking is one of the values of self-development as a member of the Student Council and internalization of Pangudi Luhur's values Keywords training; public speaking; knowledge; attitudeSalma Muthia Azhari Tina Hayati DahlanMuhamad Areiz MusthofaThis study aimed to identify the predictions of imaginary audience and personal fable to the aggression behavior of adolescents in the city of Bandung. Participants of the study were 395 adolescents that range 13-18 years old, selected by cluster random sampling techniques. The research data was collected by the New Imaginary Audience Scale NIAS, the New Personal Fable Scale NPFS, and the Buss-Perry Aggression Questionnaire that had been adapted into Indonesian. Processing data research using simple and multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that there was significantly effect of imaginary audience and personal fable on agression behavior. Simultaneously the contribution of imaginary audience and personal fable to adolescent aggression behavior in Bandung is 12%. The contribution of imaginary audience to adolescent aggression behavior is partially higher than personal fable contributionLeptin is an adipocyte-derived hormone that has been implicated to serve as a metabolic signal to the reproductive axis. The role of leptin in pubertal maturation, however, has been a much-debated topic. We have previously reported that leptin serves as a permissive signal to the onset of puberty in the female rat. In an attempt to further understand the mechanics of leptin during pubertal maturation in rodent species, we had three experimental objectives first, to describe the temporal relationship of leptin with development in the male and female rat; second, to seek evidence for an increase in responsiveness of the neuroendocrine axis to leptin by assessing for possible changes in leptin receptor expression during pubertal developmental in the female rat; and, third, to reevaluate the possible role of leptin as a permissive signal to the onset of puberty in the mouse. We found that serum leptin levels remain relatively constant during the prepubertal and postpubertal stages of both sexes. In addition, we could not detect any significant developmental changes in leptin receptor gene expression in the hypothalamus of the female rat. Lastly, we corroborated our findings in the female rat that leptin reversed the delay in pubertal maturation secondary to food restriction but did not advance the onset of puberty in female mice. Together, these results suggest that leptin is not a metabolic trigger for the onset of puberty in the rodent; instead, leptin is one of several permissive factors, whose presence may be necessary but alone is not sufficient to initiate sexual maturation in these secular changes in growth and maturation can be seen as indicators of socio-economic and health status. In most European countries the age of onset of puberty and of menarcheal age has been decreasing during the past few decades. The duration of puberty seems also to decrease, though few studies provide sufficient data to support this postulation. The four Dutch nationwide growth surveys are useful examples assessing the secular trend in pubertal development over the past 45 years. Genetic and environmental factors contribute to the secular changes. Environmental factors seem to be the most important. Recently, attention has been given to substances with oestrogen-like actions that are present in nutrients. The possible role of these substances in growth and maturation is E. FrischRoger RevelleHeight and weight at menarche were estimated by interpolation of longitudinal growth data for 181 girls. Mean weight at menarche, about 48 kg, does not change as menarcheal age increases, whereas mean height increases significantly. Early and late menarcheal girls gain the same amount of height, about 22 cm, and the same amount of weight, about 17 kg, in the interval from the initiation of the adolescent spurt to menarche, though late maturers grow at slower rates during the spurt, including the year of menarche. A hypothesis of a direct relation between a critical weight and menarche is proposed. Such an interaction would explain the delaying effect of malnutrition on menarche and the secular trend to an earlier BrookThe hypothalamo-pituitary-gonadal axis in children is fully functional in fetal life and immediately after birth. The reason why it declines with advancing years of childhood is not clear but gonadotropin pulsatility is at a nadir at 6 years of age. From that time pulsatile gonadotropin starts to reappear but, again, the reason why this happens is completely unknown. All of the events of puberty can be ascribed to pulsatile gonadotropin-releasing hormone stimulation causing pulsatile gonadotropin stimulation of sex steroids. The sex steroids explain the development of the pubertal characteristics; the fact that girls have an earlier growth spurt than boys is explained by the differential effect of oestradiol and testosterone on hypothalamic control of pituitary growth hormone recent study conducted by the Pediatric Research in Office Settings network provided evidence that girls in the United States, especially black girls, are starting puberty at a younger age than earlier studies had found, but the reasons for this are not known. Because nutritional status is known to affect timing of puberty and there is a clear trend for increasing obesity in US children during the past 25 years, it was hypothesized that the earlier onset of puberty could be attributable to the increasing prevalence of obesity in young girls. Therefore, the objective of this study was to reexamine the Pediatric Research in Office Settings puberty data by comparing the age-normalized body mass index BMI-ZS; a crude estimate of fatness of girls who had breast or pubic hair development versus those who were still prepubertal, looking at the effects of age and race. For white girls, the BMI-ZS were markedly higher in pubertal versus prepubertal 6- to 9-year-olds; for black girls, a smaller difference was seen, which was significant only for 9-year-olds. Higher BMI-ZS also were found in girls who had pubic hair but no breast development versus girls who had neither pubic hair nor breast development. A multivariate analysis confirms that obesity as measured by BMI is significantly associated with early puberty in white girls and is associated with early puberty in black girls as well, but to a lesser extent. The results are consistent with obesity's being an important contributing factor to the earlier onset of puberty in girls. Factors other than obesity, however, perhaps genetic and/or environmental ones, are needed to explain the higher prevalence of early puberty in black versus white girls. Henriëtte A Delemarre-Van de WaalSilvia C C M van CoeverdenMia T J EngelbregtIn humans, foetal and early postnatal growth failure may have persistent consequences for growth and pubertal development in later life. During this period, the developing organs are still plastic to change their function, which may have long-lasting effects. At the time of onset of puberty, acute factors may also interfere with pubertal development. Malnutrition, as seen in anorexic patients, and chronic diseases with malabsorption or diseases with systemic effects result in a delayed onset of puberty. We have observed an earlier onset of puberty in girls with low birth weight; menarcheal age also tended to be earlier. In boys, a low birth weight tended to be associated with a later development. Two rat models with growth failure based on perinatal malnutrition have been examined, one with intrauterine growth retardation IUGR by ligation of the uterine arteries and one with postnatal food restriction FR by increasing the litter size postnatally. In both models, the rats had a persistent postnatal growth failure. The onset of puberty in female rats, defined by vaginal opening, was delayed only in the IUGR group. Despite a significantly lower weight, there was no difference in the timing of puberty onset in the FR group. In IUGR rats, the ovaries had fewer follicles, while FR rats had a normal number of follicles but an abnormal maturation pattern. In male rats, both models showed a delayed onset of puberty, defined by the balano-preputial separation, as well as impaired testicular function, shown by decreased testosterone levels. These data indicate that early malnutrition during a critical developmental time window may have long-lasting effects on pubertal development, including gonadal maturation in both humans and rats.
Perubahanfisik adalah perubahan yang terjadi pada kondisi fisik manusia, ditandai dengan perubahan primer dan sekunder manusia. Berikut adalah perubahan fisik pada masa pubertas, menurut buku Cara Cerdas Belajar IPA SD/MI Kelas 4, 6, 6 karya Petrus Tumijan. Perubahan fisik pada anak laki-laki terjadi pada usia 12-16 tahun.
– Remaja adalah generasi masa depan kita. Mereka akan menjadi pemimpin dari suatu organisasi, memimpin rumah tangga, dan memangku kewajiban yang lebih besar dari sekadar yang mereka lakukan ketika masa kanak-kanak dan remaja. Tentu saja dalam mencapai hal tersebut ada proses, baik secara fisik dan psikologis, yang akan dialami remaja. Dokter Petrin Redayani Lukman, dari Divisi Psikoterapi, Departemen Psikiatri, RSCM, menjabarkan bagaimana proses remaja berubah menjadi dewasa dalam kegiatan Mental Health Among the Youth, Jumat 12/10/2018Penyesuaian terhadap Sense of Self dalam bentuk fisik yang baru Petrin menjelaskan bahwa pada fase ini, remaja akan mengalami masa yang umum disebut pubertas. Pubertas adalah perubahan secara fisik pada anak memasuki masa remaja menuju ke dewasa. Tidak hanya itu, pada masa pubertas, psikologis mengalami perubahan. “Mereka pada saat remaja akan sangat memperhatikan perubahan fisik di tubuh mereka. Mereka ingin tampil terbaik. Namun ketika memasuki masa dewasa, mereka lebih dapat menerima penampilan fisik mereka,” ujar juga Demi Kesehatan Remaja, Jangan Sebarkan Foto-foto Korban Bencana Alam Penyesuaian terhadap tubuh dan perasaan yang mulai matang secara seksual Pada fase remaja, menurut Petrin, kebanyakan dari mereka masih beradaptasi terhadap seksualitas. Remaja juga menjadi fase dalam penetapan identitas seksual yang berujung pada pengembangan kemampuan untuk hubungan romantis. Sedangkan pada masa dewasa, identitas seksualitas dari individu yang sebelumnya masih dicari di masa remaja sudah ditetapkan dan jelas. Mereka juga memiliki potensi untuk keintiman emosional dengan individu lain. Pada fase dewasa, hubungan intim yang serius mulai berkembang seperti cinta dan komitmen seumur hidup. Mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikir abstrak Menurut Petrin, pada masa kanak-kanak, pola pikirnya adalah berpikir konkrit. Artinya kita percaya akan apa yang kita lihat dan melihat suatu masalah dari satu sudut pandang.
. 228 4 49 155 194 262 457 12
perkembangan psikis pada masa pubertas diawali dengan perubahan